Kisah Penyembah Api Masuk Surga
Pesan tak biasa dari Rasulullah saw. diterima Abdullah bin al-Mubarak dalam sebuah kesempatan ibadah haji. Abdullah yang kala itu tertidur singkat di Hijir Ismail bermimpi berjumpa Nabi saw. dan dia memperoleh amanat yang membuatnya sedikit bingung.
Dalam mimpi itu Nabi saw. berujar, ”Saat pulang ke Baghdad nanti, pergilah ke sebuah kampung, carilah orang Majusi (penyembah api) berjulukan Bahram. Kirimkan salamku untuknya dan sampaikan bahwa Allah ridla terhadap dirinya.”
Seperti dikisahkan dalam kitab al-Aqthaf ad-Daniyyah, Abdullah tak membenarkan mimpi itu begitu saja. ”La haula wa la quwwata illa billahil ’aliyyil ’adlim. Ah, ini mimpi dari setan. Mana mungkin Bahram sanggup kiriman salam dari Nabi saw.”
Abdullah pun bangun, wudhu, shalat, kemudian thawaf. Tak disangka, mimpi serupa tiba lagi pada kesempatan lain. Peristiwa ini berulang hingga tiga kali. Akhirnya ulama generasi tabi’in ini bertekad akan menunaikan amanat Rasulullah sepulang ibadah haji.
Bahram yang dia temui di sebuah kampung di Baghdad ternyata memang seorang Majusi, dengan usia yang cukup renta.
”Apakah Anda mempunyai perbuatan yang baik di mata Allah?” tanya Abdullah.
”Saya gemar memberi hutang kepada banyak orang. Saat melunasi diwajibkan jumlah pembayaran melebihi jumlah hutang semula,” sahut Bahram.
”Itu haram, alasannya termasuk riba. Ada perbuatan lain?”
”Anak aku empat putri dan empat putra. Karena sayang menjadi pasangan orang lain, aku jodohkan mereka sesama saudara sekandung.”
”Itu juga haram. Ada lagi?”
”Saat menikahkan putra-putri saya, tata cara pesta menggunakan hukum Majusi.”
”Putri aku cantiknya bukan main. Tak ada satu pun perjaka yang pantas berpasangan dengan dirinya. Sebab itu aku jadikan istri sendiri anak aku itu. Malah ijab kabul dilaksanakan secara mewah, dihadiri lebih dari seribu tamu undangan.”
”Itu juga haram. Ada yang lain?”
Bahram meladeni pertanyaan Abdullah bin al-Mubarak dengan sabar. Kali ini dia bercerita wacana pengalamannya bertemu seorang muslimah masuk rumahnya pada suatu malam untuk menyalakan obor. Anehnya, saat keluar, obor itu dipadamkan lagi, begitu seterusnya hingga tiga kali berturut-turut.
Rasa curiga memaksa Bahram membuntuti kepulangan wanita muslimah itu hingga masuk ke gubuknya, tiga gadis kecil terdengar merengek menanyakan masakan kepada ibunya alasannya kelaparan. Air mata wanita muslimah itu pun menetes. Dia merasa dihimpit situasi serba sulit, antara anaknya yang kelaparan dan rasa aib mengemis masakan kepada orang kafir majusi.
”Mengetahui kondisi itu, aku segera kembali ke rumah. Saya penuhi nampan dengan banyak sekali makanan, kemudian aku antarkan ke rumah wanita muslimah itu,” dongeng Bahram
Abdullah bin al-Mubarak menyimpulkan bahwa perbuatan terakhir inilah yang menciptakan Rasulullah mengirimkan salam khusus kepada Bahram, si majusi. Mendengar salam Rasulullah, seketika itu si majusi memutuskan masuk Islam.
”Asyhadu an lailaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah.” Bahram tersungkur tak sadarkan diri, hingga jadinya meninggal dunia.
Dengan karena perilaku bahagia memberi dan kasih sayang si majusi kepada keluarga muslim, dia pun mendapat hidayah Allah dan membuka jalan menuju surga-Nya.
Wallahu A’lam
Oleh Saifurroyya
Sumber : www.nu.or.id
Kunjungi :
Comments
Post a Comment