Kyai Ageng Haji Muhammad Ulinnuha Arwani
Jika Anda bertanya pesantren terdepan yang mencetak para penghafal Al-Qur'an dengan kualitas terbaik maka salah satu jawabannya ialah Pondok Tahfidh Yanbu'ul Qur'an Kudus. Pesantren Al-Qur'an rintisan Kyai Ageng Mbah Arwani Amin Said ini dikenal sebagai salah satu Pesantren Al-Qur'an terbaik di Indonesia. Dan kini yang memimpin ialah dia Simbah Kyai Ulinnuha , putra pertama Mbah Arwani.
Mbah Arwani yang merupakan Mursyid Thariqah Khalidiyyah yang memiliki Khanaqah atau pondok Thariqah di Dusun Kwanaran ini pun menitiskan kekhilafahan thariqahnya kepada Mbah Ulinnuha. Jadi, sebagaimana Abahnya, Kyai Ulinnuha juga memimpin Pondok Tahfidh sekaligus menjadi Murabbiy Thariqah di Induk Kwanaran Kudus. Dikatakan induk, alasannya ialah cabang-cabang pondok thariqah Kwanaran sudah mencapai kurang lebih ratusan cabang yang tersebar di sepanjang daerah Pantura Jawa, ibarat Semarang, Demak, Jepara, Kudus, Grobogan, Pati, Rembang dan lain-lain.
Perawakan Mbah Ulinnuha yang gagah, ganteng dan rapi selalu menyenangkan jikalau dipandang. Tetapi, tutur kata yang halus dia lebih menyenangkan lagi didengarkan. Kepada siapa pun dia selalu menggunakan bahasa kromo inggil (jawa halus) sebagai bentuk penghormatan dia kepada siapa saja tanpa memandang status serta umur orang yang bersangkutan. Begitulah salah satu bentuk ketawadhu'an beliau.
Beliau ialah putra kyai besar dan waliyullah, yang oleh Mbah Hamid Pasuruan diberi julukan Mbah Arwani Wali Kudus. Meskipun seorang putra tokoh besar, Mbah Ulinnuha ketika masih mondok di Pondok asuhan Kyai Wali Muhammadun, Pondowan, Pati, Jawa Tengah, dia masak ya masak sendiri. Apabila menerima giliran menyapu halaman pondok/ndalem kyai, dia juga yang menyapu sendiri.
Paman saya, Kyai Mansur yang kebetulan teman satu kamarnya, sering kali ketika melihat Gus Ulinnuha memegang sapu lidi , Kyai Mansur mencoba memintanya :
"Gus, supaya saya saja yang menyapu untuk panjenengan." Kata paman saya. Mbah Ulinnuha selalu menolaknya dengan halus dan menyampaikan matur suwun (terima kasih) saja.
Ketawadhu'an ini yang merupakan ciri khusus beliau. Hanya saja, alasannya ialah dia itu ditakdirkan Allah menjadi seorang kyai yang kaya raya. Punya kendaraan beroda empat glamor serta pakaian dia selalu tampak rapi dan wangi, kadang-kadang menciptakan orang salah menilai.
Gus Lukmanul Hakim putra Kyai sepuh Jekulo Kudus pernah bercerita. Salah seorang teman disaat melihat keadaan diri Mbah Ulinnuha yang ibarat itu dia berkata :
"Kyai thariqah kok kaya raya. Bajunya bagus-bagus dan mobilnya mewah. Tidak pantas ya? Mestinya Kyai Thariqah itu harus khumul , tidak suka bermewah-mewah."
Nah, selang satu minggu, teman itu sowan kepada Habib Anis bin Alawiy Al-Habsyi Shohib Gurawan, Solo. Memang teman ini mulazamah di Majelis Rauhah al-Arif Billah Habib Anis ini. Pada kesempatan itu, ketika teman itu gres saja duduk, tiba-tiba Habib Anis tiba menghampiri dia dan bertanya :
"Antum dari mana ?" tanya Habib Anis.
"Dari Kudus, Habib" jawabnya.
"Alhamdulillah, Kudus itu ada seorang kyai yang sebenar-benarnya kyai . Namanya kyai Ulinnuha. Antum kalau ada perlu apa soal keagamaan tiba kepada kyai Ulinnuha ya? " tutur Habib Anis.
Teman itu eksklusif kaget dan teringat keingkaran hatinya kepada kyai Ulinnuha dan sontak teguran Habib Anis itu (yang memiliki kasyf agung) membuatnya jatuh lemas dan menangis meratapi diri. Dia gres sadar seseorang dihentikan menilai maqamat orang lain dari penampilan lahiriyahnya saja. Karena itu ialah sirr dan sirr tempatnya ada di dalam jiwa dan hati. Tak ada yang sanggup melihat kecuali ahlinya.
Laa ya'riful jauhar illal Jauhariy (Tidak mengerti karat derajat mutiara kecuali tukang mutiara).
Tetapi saya juga memaknai persaksian Habib Anis ihwal kekyaian yang bahwasanya dari Mbah Ulinnuha ialah salah satu bukti ketulusan serta keikhlasan Kyai Ulinnuha dalam menjalani hidupnya.
Saya tahu persis, alasannya ialah saya, Alhamdulillah, arbainiyyah saya dalam bimbingan beliau. Dalam banyak kesempatan, di hadapan ratusan murid-murid thariqah pun, ketika ada yang bertanya ihwal satu aturan agama atau duduk masalah thariqah kepada dia dan sepertinya dia benar-benar belum mengerti jawabannya, maka tanpa aib dia akan menjawab :
"Kulo dereng mangertos jawabanipun. Insya Allah benjang menawi sampun pikantuk balasan panjenengan kawula paringi pirsa. “ (Saya belum tahu jawabannya. Insya Allah besok kalau saya sudah ketemu jawabannya Anda akan saya beri tahu)
Masya Allah, seorang mursyid, seorang kyai besar di hadapan banyak murid tanpa aib menyampaikan Laa Adriy (aku tidak tahu).
Saya ingin bertanya kepada Anda, sosok hebat tulus semacam dia ini di zaman kini masih ada apa tidak ?
Apalagi kyai ataupun para ustadz televisi tidak ada yang tidak tahu bagi mereka. Semua pertanyaan niscaya di jawab. Benar salah belakangan. . .
Saya menjadi memahami makna Habib Anis ihwal “sebenar-benarnya kyai” ini. Saya teringat dongeng sejenis yang hampir ribuan tahun lampau sudah dianggap langka. Cerita ihwal Imam Malik ra.
Haitsam bin Jumail berkata : "Aku menyaksikan Imam Malik yang ditanya 48 pertanyaan dan dia menjawab untuk 33 pertanyaan tersebut dengan balasan ‘Aku tidak tahu’. "
Imam Malik sendiri berkata : "Sangat penting bagi seorang yang ‘Alim mewariskan kepada para murid dan rekan di sekelilingnya ucapan “laa adriy” (Aku tidak tahu jawabannya) hingga kesudahannya kebiasaan itu menjadi pokok dalam genggaman mereka, sehingga jikalau ada yang bertanya dengan soal yang tidak diketahui jawabannya maka mereka akan sigap menjawab ‘Aku tidak tahu’ "
Dalam bentuk ibarat ini, saya memandang Kyai Ageng Haji Muhammad Ulinnuha Arwani memiliki keistimewaan tersendiri yang menciptakan Habib Anis menyampaikan bahwa dia ialah " sebenar-benarnya kyai ".
Semoga Allah memanjangkan umur dia dan para mursyid yang lain. Tetap dalam kesehatan dan keselamatan sehingga kami semua selalu menerima limpahan keberkahan mereka semua. Amiin…
Sumber : KH. Muhajir Madad Salim
Comments
Post a Comment