Posts

Showing posts from March, 2015

Bahaya Mengkafirkan Orang Islam

Image
Akhir-akhir ini, kita sebagai orang Islam Indonesia dikejutkan oleh munculnya gerakan-gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam. Di kalangan internasional muncul gerakan ISIS yang hingga kini telah membunuh para ulama dan umat Islam yang menentang ajaran-ajaran mereka. Mereka juga telah menghancurkan situs sejarah berupa makam dan masjid peninggalan para Nabi dan Wali di Negara-Negara Arab. Di Indonesia, gerakan ISIS didukung oleh gerakan-gerakan radikal yang masih tersembunyi. Diantara ciri gerakan Islam radikal yang ada di Indonesia yaitu visi dan misi mereka yang ingin mengganti NKRI menjadi Negara Islam serta pedoman mereka yang sering mengkafir-kafirkan, membid’ah-bid’ahkan dan mensyirik-syirikkan paham Ahlussunnah wal Jama’ah. Mereka juga berusaha dengan segala cara menghapus sejarah Islam Nusantara yang dikenal ramah dan cinta hening terutama sejarah Walisongo. Mereka rela menyusup ke dalam setiap instansi maupun media (televisi swasta nasional, radio, internet dan lai

Wasiat Kyai Di Final Zaman

Image
Gusdur mencium tangan KH. Turaichan adj-Djuri Di kiamat ini, berbagai ujian yang ada di depan mata, baik ujian harta benda, kekuasaan maupun problem wanita. Semua itu akan dapat diatasi manakala kita mau melakukan tawaran atau pesan yang tersirat dari Allah swt. melalui Al-Qur’an, dari Rasulullah saw. melalui hadits maupun pesan yang tersirat para sobat Nabi dan para ulama. Diantara wasiat atau pesan penting bagi kita dalam menghadapi ujian hidup di kiamat ini yakni wasiat dari salah satu ulama besar Kudus yang juga dikenal sebagai salah satu Waliyullah Kudus, yaitu Hadratussyaikh KH. Turaichan adj-Djuri. Kyai Turaichan berpesan : 1.) Segala langkah, sikap dan perbuatan kita hendaklah ditimbang dengan timbangan syari’ah. 2.) Di kiamat ini janganlah simpel heran, takjub dan terlena pada hal-hal yang baru. Bisa jadi hal yang gres itu ternyata merusak agama dan keimanan. Dalam bahasa Jawa, dia menyampaikan dengan singkat, “ Ojo gumunan lan ojo simpel kepencut .” 3.)

Mbah Shalih Darat, Gurunya Para Kyai

Image
Mbah Shalih Darat yakni Waliyullah besar pada paruh kedua masa ke-19 dan awal masa ke-20 di tanah Jawa. Beliau hidup satu zaman dengan dua Waliyullah besar lainnya; Syech Nawawi al-Bantani, Banten dan Syech Khalil, Bangkalan. Dua orang santri dia menjadi pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu KH. Hasyim Asy’ari, Jombang (Pendiri NU) dan KH. Ahmad Dahlan, Yogyakarta (Pendiri Muhammadiyah). Nama lengkap dia yakni Muhammad Shalih bin Umar as-Samarani,  lahir di Desa Kedung Jumbleng, Mayong, Jepara pada sekitar tahun 1820 M/1235 H, dengan nama Muhammad Shalih.  Dalam kitab-kitab yang ditulisnya, dia kerap memakai nama Syech Haji Muhammad Shalih ibn Umar as-Samarani. Pemberian nama “Darat” yang disandingkan di belakang nama dia lantaran dia tinggal di daerah bersahabat pantai utara Semarang, yakni tempat berlabuhnya orang-orang dari luar Jawa. Kini, nama Darat tetap lestari dan dijadikan prasasti nama kampung, Nipah Darat dan Darat Tirto. Saat ini, kampung Darat masu